Belum Terkabul? Ini 13 Tips Agar Doa Segera Diijabah

    Ketika seseorang berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, artinya ia sedang mencoba untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala. Layaknya seorang hamba yang menghadap rajanya, mana mungkin raja akan memberi perhatian kepadanya jika ia tidak memerhatikan adab dan etika ketika menghadap raja.

    Berikut ini beberapa tips agar doa yang diucapkan segera terkabul.

    Pertama, Teladani cara berdoa para Nabi.

    Para nabi adalah hamba Allah subhanahu wata’ala yang doanya mustajab. Doa mereka selalu dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sehingga, memelajari dan berteladan kepada mereka dalam hal berdoa adalah suatu keharusan.

    Dahulu, ketika para nabi hendak meminta sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka bersegera untuk berdiri menghadap Allah, merapatkan kaki, menengadahkan tangan, dan mengalirkan bulir air mata ketundukan.

    Kemudian mereka mengawali doa dengan banyak-banyak bertobat dari perbuatan maksiat yang pernah dilakukan, menyesali kekeliruan yang pernah diperbuat, berusaha untuk menghadirkan hati yang khusyuk, penuh keyakinan, dan penuh perasaan.

    Kemudian melanjutkannya dengan memuji Allah, menyucikan-Nya, mengagungkan-Nya, lalu memuji hamba yang paling dicintai-Nya, bershalawat, setelah itu mulai melangitkan doa.

    Itulah gambaran global yang dilakukan oleh para Nabi dalam berdoa.

    Sebagai contoh, cara berdoa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

    Ketika Nabi Ibrahim hendak berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala atas kondisi yang menimpanya, beliau memulai doanya dengan memuji Allah subhanahu wata’ala dengan lima pujian; Bahwa Allah adalah al-Khaliq al-Hadi (Mahapencipta dan Maha Memberi Petunjuk), al-Muth’im al-Musqi (Maha Memberi Makan dan Maha Memberi Minum), asy-Syafi min al-Aushab (Maha Penyembuh dari sebagai bentuk musibah), al-Muhyi al-Mumit (Mahamenghidupkan dan Mahamematikan), dan al-Ghafir (Mahapengampun).

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    الَّذِيْ خَلَقَنِيْ فَهُوَ يَهْدِيْنِ ۙ

    “(yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku,” (QS. Asy-Syu’ara’: 78)

    وَالَّذِيْ هُوَ يُطْعِمُنِيْ وَيَسْقِيْنِ ۙ

    “Dan Yang memberi makan dan minum kepadaku;” (QS. Asy-Syu’ara’: 79)

    وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ ۙ

    “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara’: 80)

    وَالَّذِيْ يُمِيْتُنِيْ ثُمَّ يُحْيِيْنِ ۙ

    “Dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),” (QS. Asy-Syu’ara’: 81)

    وَالَّذِيْٓ اَطْمَعُ اَنْ يَّغْفِرَ لِيْ خَطِيْۤـَٔتِيْ يَوْمَ الدِّيْنِ ۗ

    “Dn Yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat.” (QS. Asy-Syu’ara’: 82)

    Setelah itu, Nabi Ibrahim mulai memanjatkan permintaannya yang jumlahnya juga lima; ilmu dan hikmah, dikumpulkan bersama orang-orang shalih, menjadi buah tutur yang baik oleh umat generasi berikutnya, ditempatkan di Jannatun Na’im, memohon agar ayahnya diampuni.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ

    “(Ibrahim berdoa), ‘Wahai Rabbku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,’” (QS. Asy-Syu’ara’: 83)

    وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ

    “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,” (QS. Asy-Syu’ara’: 84)

    وَاجْعَلْنِيْ مِنْ وَّرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيْمِ ۙ

    “Dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan,” (QS. Asy-Syu’ara’: 85)

    وَاغْفِرْ لِاَبِيْٓ اِنَّهٗ كَانَ مِنَ الضَّاۤلِّيْنَ ۙ

    “Dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat,” (QS. Asy-Syu’ara’: 86)

    وَلَا تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَۙ

    “Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,” (QS. Asy-Syu’ara’: 87)

    Kemudian Allah subhanahu wata’ala mengabulkan seluruh permintaan Nabi Ibrahim, kecuali permintaan yang kelima; memintakan ampunan untuk ayahnya, karena telah tampak pada diri ayahnya bentuk permusuhan kepada Allah.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ

    “Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 114)

    Kedua, berdoalah dengan penuh harap, takut, tunduk, dan khusyuk kepada Allah subhanahu wata’ala.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

    “Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

    Ketiga, memperbanyak pujian kepada Allah subhanahu wata’ala.

    Keempat, meminta kepada Allah subhanahu wata’ala dengan penuh tekad, kesungguhan, dan keteguhan.

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ إِذَا دَعَا: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ. ‌اللَّهُمَّ ‌ارْحَمْنِي ‌إِنْ ‌شِئْتَ. لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ

    “Ketika salah seorang dari kalian berdoa, jangan ucapkan, ‘Ya Allah, ampuni hamba jika Engkau berkehendak, Ya Allah, rahmati hamba jika Engkau berkehendak,’ hendaklah ia menguatkan tekad dalam permohonannya itu, karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu.” (Muwaththa’ Imam Malik, 28)

    Keempat, memperkuat pengharapan kepada Allah subhanahu wata’ala, jangan mudah putus asa dari rahmat-Nya jika doanya belum kunjung diijabahi.

    Jangan pesimis terhadap apa yang engkau minta kepada-Nya, karena segala sesuatu itu ada masanya.

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    سْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: ‌دَعَوْتُ ‌فَلَمْ ‌يُسْتَجَبْ لِي

    “Doa salah seorang dari kalian akan diijabahi selama tanpa disertai dengan ketergesaan, seperti perkataan, ‘Aku telah berdoa tapi ternyata belum kunjung diijabahi juga.’” (HR. Al-Bukhari No. 6340)

    Kelima, Doakan orang-orang beriman yang lain dalam doamu.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ

    “Dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

    Keenam, memulai doa dengan mentauhidkan Allah subhanahu wata’ala.

    Sebagaimana yang dilakukan oleh Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

    “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Ilah selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’” (QS. Al-Anbiya’: 87)

    Dzun Nun (Nabi Yunus mengawali doa dengan tauhid, lalu mengakui kekurangan dan kezaliman diri dengan bertasbih kepada-Nya dengan penuh kesadaran dan keyakinan.

    Kemudian Allah subhanahu wata’ala menjawab doanya,

    فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

    “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiyā`: 88)

    Ketujuh, menyembunyikan doa hingga tidak didengar orang lain.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً

    “Berdoalah kepada Rabbmu dengan rendah hati dan suara yang lembut.” (QS. Al-A’rāf: 55)

    Kedelapan, ketika berdoa dianjurkan menggunakan kalimat ini: Allahumma inni as-aluka bi asma-ika al-husna, kemudian menyebutkan permintaannya.

    Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَۗ اَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۚ

    “Katakanlah (Muhammad), ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna).’” (QS. Al-Isra’: 110)

    Dalam ayat lain, Allah subhanahu wata’ala berfirman,

    وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ

    “Dan Allah memiliki Asma’ul husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma’ul-husna itu.” (QS. Al-A’rāf: 180)

    Kesembilan, jika meminta sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala, mintalah yang banyak dan sesering mungkin, angkat telapak tanganmu ketika berdoa.

    Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    إِذَا ‌سَأَلَ ‌أَحَدُكُمْ ‌فَلْيُكْثِرْ، فَإِنَّهُ يَسْأَلُ رَبَّهُ

    “Jika seorang dari kalian meminta kepada Allah, mintalah yang banyak. Karena ia sedang meminta kepada Rabbnya.” (HR. Ibnu Hibban No. 889. Hadits shahih)

    Dalam hadits lain disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    ‌إِذَا ‌تَمَنَّى ‌أَحَدُكُمْ ‌فَلْيُكْثِرْ، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

    “Jika seorang dari kalian berangan-angan kepada Allah, berangan-anganlah yang banyak. Karena ia sedang menengadahkan angan-angannya kepada Rabbnya.” (HR. Ath-Thabarani No. 2040 dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath, 2/301)

    Dalam hadits yang lain disebutkan, dari Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

    إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

    “Sesungguhnya Rabb kalian tabaraka wata’ala Maha Pemalu, merasa malu terhadap hamba-Nya jika dia mengangkat kedua tangan kepada-Nya, lalu dia mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan kosong.” (HR. Ahmad No. 23715; HR. Abu Daud No. 1488; HR. At-Tirmizi No. 3556; HR. Ibnu Majah No. 3865. Hadits hasan gharib)

    Kesepuluh, jangan pernah makan makanan yang haram. Karena makanan haram yang masuk ke dalam perut menjadikan doa tertolak.

    Suatu ketika, sahabat Saad bin Abi Waqash pernah meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

    يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي ‌مُسْتَجَابَ ‌الدَّعْوَةِ

    Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ ‌مُسْتَجَابَ ‌الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، وَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

    “Wahai Saad, perbaiki makananmu, niscaya doamu menjadi doa mustajab. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh seorang hamba yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak amalnya diterima selama empat puluh hari. Dan siapa pun yang dagingnya tumbuh dari bahan harta haram dan riba, maka neraka lebih layak untuk dia tempati.” (HR. Ath-Thabarani No. 6495 dalam kitab Al-Mu’jam al-Ausath, 6/310)

    Kesebelas, jika meminta sesuatu kepada Allah, memohonlah dengan sepenuh hati, hilangkan rasa memiliki kemampuan dan keangkuhan diri.

    Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Yusuf ‘alaihissalam,

    قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

    “Yusuf berkata, ‘Wahai Rabbku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.’ (QS. Yusuf: 33)

    فَاسْتَجَابَ لَهٗ رَبُّهٗ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

    “Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)

    Kedua belas, jika ingin meminta sesuatu kepada Allah, mulailah dengan shalawat, lalu ucapkan permintaan, lalu tutup dengan shalawat.

    Syariat Islam menganjurkan untuk mengawali doa dengan memuji Allah subhanahu wata’ala dan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu mengakhirinya dengan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala.

    Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,

    إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ، حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

    “Sungguh doa akan tertahan di antara langit dan bumi, tidak akan dapat meninggi hingga engkau mengucapkan shalawat atas Nabimu shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. At-Tirmidzi No. 486. Hadits marfu’ derajatnya hasan)

    Imam an-Nawawi rahimahullah menyebutkan,

    أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ اِبْتِدَاءِ الدُّعَاءِ بِالْحَمْدِ للهِ تَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ الصَّلَاةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَذَلِكَ يَخْتِمُ الدُّعَاءَ بِهِمَا، وَالآثَارُ فِيْ هَذَا الْبَابِ كَثِيْرَةٌ مَعْرُوْفَةٌ

    “Para ulama berijmak atas dianjurkannya mengawali doa dengan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala, kemudian shalawat atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula dianjurkan juga ketika menutup doa dengan keduanya. Atsar tentang hal ini ada banyak sekali. (Al-Adzkar, Imam an-Nawawi, 209)

    Ketiga belas, sebelum berdoa, melaksanakan amal saleh seperti shalat, puasa, sedekah, dan semisalnya.

    Sebagaimana dalam syariat istisqa’ atau doa meminta hujan; agar diawali dengan shalat, puasa, sedekah dan amal saleh lainnya, kemudian keluar untuk melaksanakan istisqa’.

    Abdullah bin Umar berkata,

    إِذَا أَرَدْتَ ‌أَنْ ‌تَدْعُوَ ‌فَقَدِّمْ ‌صَدَقَة أَوْ صَلَاة أَوْ خَيْر ثُمَّ ادْعُ بِمَا شِئْتَ

    “Jika kau hendak berdoa, dahuluilah dengan sedekah, atau shalat, atau amal kebaikan lainnya, kemudian berdoalah sesuai keinginanmu.” (Al-Adzakar, Imam an-Nawawi, 12)

    Demikian 13 tips yang bisa diamalkan agar doa segera terkabul. Wallahu a'lam.

    Tidak ada komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.